Rabu, 11 Mei 2016

PULAU PASOSO BUKAN TEMPAT WISATA

Kalau Lo Ngaku Traveller, Jangan Datang Ke Pulau Pasoso

Pulau Pasoso memiliki keindahan alam dan laut yang sangat indah. Pulau yang terletak di Desa Manimbaya, Kecamatan Balaesang Tanjung, Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah semakin banyak dikunjungi oleh para wisatawan. Keindahan yang menjadi magnet para wisatawan berubah menjadi bencana kerusakan alam.
Keindahan alam Suaka Margasatwa Pulau Pasoso
Pulau Pasoso ditunjuk sebagai kawasan konservasi berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor : 757/Kpts/II/1999 tanggal  23 September 1999 tentang Penunjukan Kawasan Hutan di Wilayah Propinsi Dati I Sulawesi Tengah seluas ± 200 Ha. Pulau Pasoso dimasukkan ke dalam kawasan Suaka Margasatwa untuk perlindungan Penyu Hijau (Chelonia mydas). SM Pulau Pososo berada dibawah pengawasan Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sulawesi Tengah.

Kadang Penetasan Telur Penyu di SM Pulau Pasoso

Berdasarkan Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 Tentang : Konservasi Sumberdaya Alam Hayati Dan Ekosistemnya, Suaka Margasatwa adalah kawasan suaka alam yang mempunyai ciri khas berupa keanekaragaman dan/atau keunikan jenis satwa yang untuk kelangsungan hidupnya dapat dilakukan pembinaan terhadap habitatnya. Di dalam Suaka Margasatwa dapat dilakukan kegiatan untuk kepentingan penelitian dan pengembangan, ilmu pengetahuan, pendidikan, wisata terbatas, dan kegiatan lainnya yang menunjang budidaya. Untuk memasuki kawasan suaka margasatwa diperlukan SIMAKSI (Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi).
Ironisnya, Suaka Margasatwa Pulau Pasoso yang digunakan sebagai penangkaran alami habitat penyu hijau oleh para traveler. Sejumlah blog “meracuni” para traveller lewat foto-foto yang super keren dari laut yang memang indah dengan gradasi warna yang menggoda. Bahkan, Dinas Pariwisata Kabupaten Donggala mencantumkan Pulau Pasoso sebagai salah satu destinasi wisata di Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah. Tak hanya itu, sejumlah media sosial seperti instagram dan travel agen pun ikut turut serta dalam menyebarkan informasi untuk mengunjungi Pulau Pososo tanpa penggunanya tahu bahwa Pulau Pasoso adalah wilayah konservasi yang masuknya perlu mengurus SIMAKSI ke BKSDA Sulawesi Tengah. Alhasil, Pulau Pasoso yang dipromosikan secara keliru membuat banyak wisatawan salah paham dan mengira Pulau Pasoso merupkan tempat wisata. Mudahnya akses menuju ke tempat ini, kurangnya pengawasan dari pihak berwenang, serta kesadaran wisatawan lokal yang memang masih kurang dalam menjaga kelestarian alam ikut andil dalam mengacaukan keseimbangan ekosistem Pulau Pasoso yang seharusnya steril dari wisatawan. 

Kedatangan Traveller yang hanya sekedar senang-senang, membuat Pulau Pasoso tak lagi sama. Sekarang ia tak lebih dari secuil surga yang ternoda




Palau Pasoso merupakan habitat bagi penyu hijau (Chelonia mydas) untuk bertelur dan mencari makan. Tak heran di Pulau Pasoso banyak ditemukan jejak penyu, sarang dan telur serta terlihat penyu hijau yang bermain di sekitar dermaga. Kegiatan wisatawan sangat mengganggu aktivitas penyu untuk bertelur. Pengunjung yang datang ke Pulau Pasoso yang jumlahnya puluhan membuat tenda di pantai sehingga hal tersebut menggagu penyu untuk mendarat. Selain itu, terkadang wisatawan saat malam membuat api unggun dan bernyanyi hingga larut malam, takhayal semua hal tersebut membuat penyu enggan untuk mendarat dan bertelur. Penyu sangat rentan terhadap gangguan, sedikit saja ada hal yang dianggapnya berbahaya maka penyu langsung kembali ke laut dan mengurungkan niatnya untuk bertelur. Aktivitas wisatawan di Pulau Pasoso yang tidak terkendali ditakutkan akan menggagu kelestarian populasi penyu yang berada di Pulau Pasoso. Masalah sampah yang menumpuk di pantai peneluran juga menggagu jalan penyu untuk bertelur.

Tenda-tenda yang didirikan oleh wisatawan di Pantai Pulau Pasoso 

Aktivitas wisatawan saat malam hari menggagu aktivitas penyu bertelur, sehingga ditakutkan akan menggagu kelestarian populasi Penyu Hijau.

Pulau Pasoso hanyalah salah satu contoh bahwa masih banyak orang yang tidak tahu makna sebuah kegiatan traveling. Mereka inilah yang beranggapan bahwa traveling itu berarti bersenang-senang dan berfoto di spot-spot indah di Indonesia, hanya untuk memuaskan ego mereka. Mereka tidak peduli dengan sampah yang mereka tinggalkan, atau kerusakan yang mereka buat. Seyogyanya saat ini, para wisatwan harus cerdas dalam memilih tempat wisata dan mengetahui aturan-aturan yang ada di tempat yang akan mereka kunjungi. Jiwa-jiwa konservasi harus ada di dalam setiap para traveller sehingga dalam mereka berwisata, mereka juga turut andil dalam kelestarian lingkungan. Para pengguna media sosial harus cerdas dalam mengupload foto atau memperluas informasi tempat wisata yang mereka kunjungi.

Jadi, kamu masih mau ke Pulau Pasoso? Pikir  sekali lagi.

2 komentar:

  1. Benar, Jika seperti ini maka tidak dalam jangka waktu lama, pulau penyu hanya menjadi sekedar nama tanpa penyu sama sekali. sebaiknya pemda Donggala meletakkan kebijakan pembangunan pada pulau ini, dalam arti menjadikan pulau ini ekowisata dengan menerapkan 5 prinsip ekowisata. Bukankah Allah menciptakan manusia supaya menjadi Rahmatan lil Aalamiin??

    BalasHapus
  2. Indonesia kaya akan destinasi wisata yang sangat indah untuk di kunjungi. Saya setuju akan anjuran di atas, menjaga kelestarian alam dan satwah bawa laut itu sangat penting. Saran saya untuk pemda donggala bisa lebih memaksimalkan pulau pasoso ini agar terhindar dari hal-hal yang menganggu pelestarian Penyu Hijau dan memperbolehkan Wisatawan untuk berkunjung ke tempat ini dengan catatan bahwa wisatawan tersebut harus bisa menaati aturan yang di terapkan oleh pemda donggala.Terima kasih

    BalasHapus